Sabtu, 26 Desember 2009

Orang Bajo, Laut dan Antena Parabola


Setelah lima jam dalam perut si panther diombang-ambing laju dan jalan bergelombang, sampai juga saya di rumah seorang kawan di Belopa. Niat awal untuk langsung ke rumah luruh dengan ajakannya, meski keputusan saya sendiri juga tidak terlepas dari pemenuhan kerinduan akan aroma laut. Seperti yang sudah-sudah, perjalanan seringkali bermuara pada tempat di luar daftar rencana, saya sendiri sudah membiasakan hidup dalam ketakteraturan ini.

Saya pernah punya mimpi untuk berumah di tepi laut biar dapat mencium aroma garam dan menyaksikan perahu-perahu nelayan bersandar di siang hari. Betapa indahnya ramai warna perahu-perahu berbaris menunggu tuannya mengembangkan layar atau menyalakan mesin menuju samudra luas, menantang ombak dan badai. Ternyata bayangan saya tak banyak berbeda dengan cerita sang kawan tentang lingkungan tempat ia tinggal, kecuali rimbunan bakau yang berjejer teratur di atas pematang-pematang empang. Serta warna hijau airnya -mungkin diakibatkan ganggang yang hidup di muara sungai- tidak biru seperti bayangku. Salah satunya membuatku tak asing seolah dejavu, ya... perahu-perahu beragam warna berbaris di sepanjang tepi dermaga terletak pas di depan rumah.

Saya merasa beruntung bisa bertemu orang-orang sedang pulang melaut. Menurut kawan saya, mereka adalah para sawi yang bekerja di bagang milik para punggawa. Tak sabar, kukeluarkan kamera poket dengan fasilitas seadanya -meski saya tak berharap hasil secara teknis mumpuni- bagiku setiap gambar memiliki pesonanya masing-masing yang dapat memikat pemandangnya.

Kawan saya bercerita, bahwa pemukiman disebelahnya yang berhadapan langsung dengan laut dihuni oleh orang-orang Bajo. Sore nanti ia akan mengajak saya berjalan-jalan kepemukiman para etnis Bajo. “Kejutan yang menyenangkan,“ pikirku. Selama ini saya hanya mendengar atau membaca tentang mereka lewat bibir dan tulisan orang-orang. Kali ini saya dapat melihatnya dengan mata kepala sendiri.

Perjalanan panjang membuat saya kelelahan. Hingga akhirnya saya takluk juga di bantal dan kasur nan empuk. Pukul lima sore saya terbangun sedikit dikagetkan oleh suara sang kawan. ”Wah...sudah setengah lima,“ kataku sedikit cemas. Tanpa menunggu lama, kami akhirnya bergegas, bersiap melihat dermaga dan tentu saja pemukiman orang Bajo.

Sewaktu memasuki pemukiman mereka, bayangan saya tentang mereka jauh dari apa yang saya bayangkan. Seperti kebanyakan tempat baru, saya juga harus menerima bahwa amat sering apa yang saya bayangkan tak sama persis atau berbeda sama sekali dengan kenyataan. Rumah mereka saling berhadapan, dibelah oleh jalan aspal -bukan kayu sebagaimana imajinasi saya- menuju dermaga. Sebagian besar sudah di cet. Pemukiman mereka tidaklah luas mungkin dihuni sekitar lima puluh kepala keluarga. Tak banyak orang Bajo yang terlihat. Kecuali seorang perempuan muda tengah bermain-main dengan telepon genggam. Saya juga melihat satu rumah terbilang mencolok dibanding rumah lainnya, menurut kawan saya itu rumah peristrahatan mantan salah satu pejabat.

Saya teringat cerita kawan saya siang tadi. Salah satu yang menarik buat saya adala kisah tentang orang-orang Bajo yang seringkali berurusan dengan pihak kepolisian. Katanya, mereka kerap ditangkap karena kasus pengeboman ikan. Saya pribadi menduga bahwa tindakan mereka tersebut sebagai cara untuk bersaing dengan perkembangan teknologi penangkapan ikan yang jauh di atas mereka.

Dari beberapa hal yang saya perhatikan di pemukiman mereka, saya tertarik dengan antena parabola di salah satu rumah. Penampakannya tak lagi baru, saya menduga keberadaannya sudah cukup lama mungkin di akhir tahun sembilan puluhan. Di tahun-tahun itu, benda tersebut ramai menghiasi halaman-halaman rumah warga di kabupaten Luwu yang berderet sepanjang jalan menuju Palopo. Menurut kawan saya lagi, di awal tahun 90-an orang-orang Bajo biasa berkumpul dirumahnya untuk menonton serial Mahabharata yang waktu itu ditayangkan oleh TPI. Saking ramainya bapak kawan saya menambah lagi satu pesawat televisi. Sekarang setiap rumah orang Bajo sudah memiliki TV. Bahkan sebelum listrik tersambung ke rumah-rumah mereka, benda -benda elektronik seperti TV dan lemari pendingin sudah mereka miliki. Rupanya kepemilikan benda-benda ini menjadi gengsi tersendiri. Bisa jadi mereka berusaha melawan pemposisian mengenai mereka sebagai yang tertinggal oleh kemajuan zaman. Hal ini menurut saya merupakan salah satu alasan lainnya tindakan pengeboman tadi mereka lakukan.

Perjalanan kami diteruskan hingga dermaga. Di sisi dermaga berjejer beberapa bagang yang sedang merapat. Di salah satu bagang nampak seorang lelaki tua sedang duduk mengaso. Di pelabuhan belum rampung itu, saya juga melihat dua orang anak lelaki sedang duduk memandang laut. Saya teringat sewaktu kecil saat berusia seperti mereka. Duduk bersama imajinasi tentang dunia lain di sebelah lautan luas.

Waktu berlalu cepat tanpa mau menunggu, matahari mulai ditelan garis horison. Suatu penanda untuk segera pulang. Tak puas rasanya, masih ingin berlama-lama dan bersentuhan lebih dekat dengan laut dan orang-orang Bajo. Namun saya juga harus berkompromi dengan waktu, masalahnya kendaraan umum ke Palopo -berjarak kurang lebih 50 km dari Belopa- hanya beroperasi sampai maghrib saja.

Hari sudah gelap saat mobil yang saya tumpangi memasuki Palopo. Saya masih memenuhi kepala saya dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak terpuaskan tentang pengalaman sore tadi. Mungkin saja orang-orang Bajo di dekat tempat tinggal kawan saya sedang melawan setiap bentuk penguasaan atas mereka termasuk penilaian-penilaian merendahkan mereka atau jangan-jangan orang-orang Bajo di sana juga memburu pesona kemajuan dan pada akhirnya alam harus menjadi korban dari perburuan itu. Bagiku, mereka juga butuh hidup seperti orang kebanyakan. Memisahkan orang Bajo dengan laut sama halnya dengan membunuh mereka.


                                                                                                Palopo, 18 September 2009

0 komentar:

 
Free Website templatesFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates