Minggu, 22 September 2013

Fog

Pada saat hendak menyanyikan lagu ini, Thom Yorke vokalis band Radiohead, sempat berujar dihadapan para pendengarnya. Aku menyimak dan menyimpulkan lagu ini tak seperti yang kamu dapatkan dalam album versi dapur rekaman.Tetapi yang pasti kamu akan menyukai versi ini. 

There's a little child
 Running round this house 
And he never leaves 
He will never leave 
And the fog comes up from the sewers 
And glows in the dark 
Baby alligators in the sewers grow up fast 
Grow up fast 
Anything you want it can be done 
How did you go bad? 
Did you go bad? 
Did you go bad? 
Somethings will never wash away 
Did you go bad? 
Did you go bad?


Sudah sebulan aku mendengar lagu ini, dan selalu membuat hatiku menganga lebar. Lalu suara-suara itu menerobos masuk menguras habis isinya. Aku kembali memutarnya, berulang-ulang hingga tak ada lagi yang tersisa. Kehilangan ini sungguh mencerahkanku. 

Jumat, 13 September 2013

2 Sungai

Di kampung halaman, tak cukup 20 meter dari rumah ibu, sungai batu mengalir. Hampir setiap pulang kusiapkan waktu khusus bersama mereka. Mencebur atau mendengar nyanyian dari riak dan riam telah menjadi ritual.

Di sini, tak cukup 20 meter dari beranda di lantai dua, jalan raya mengalir, berserah diri pada orang-orang, klakson, deru mesin dan knalpot yang saling memburu. Ini sungai kehidupan di kota tempat aku memanusia, rutinisasi saban hari, tak mati di tangan siang juga malam. Aku juga kadang mencebur, atau duduk di sisinya sekedar mendengar mereka bernyanyi. 

januari 2013... bersama tanggal yang tak ku ingat pasti

Hari ini ibuku pulang. Beberapa hari lalu, malam hampir setengah, aku tertidur disampingnya. Kepalaku yang berdenyut sakit meng-knockout-ku, aku tak mampu lagi berdiri, sempoyongan lalu terhempas di tempat tidur seperti Tyson yang mencium kanvas setelah di hajar sang Douglas. Ibuku hanya duduk meski terus memperhatikanku, tak seperti kanak-kanak dulu, kini aku sosok yang telah tumbuh. Sejak puluhan tahun lalu, anak lelakinya ini masih saja terus berlari dari maut. 

Ketika terhempas jatuh, kata-katanya terngiang kembali ,"kamu sudah makan obat." Aku menjawab singkat, "tidak". Kulihat wajahnya mengalah oleh jawabku. Beberapa tahun ini kucoba untuk menahan diri tak bersentuhan dengan pengobatan kimia. Termasuk kekuatiranku dari ibuku. Aku rasa ia paham, bertahun-tahun obat-obatan tersebut mengkerdilkanku. Aku sendiri lelah, napasku memendek dan kembali bayangan tentang  pil-pil pahit yang ku buang keluar lewat jendela kamar hadir diingatanku. 

Hampir tengah malam aku terjaga, kulihat ibu disampingku, ia adalah ibuku yang dulu, sekarang dan kemudian. Ia masih terjaga penuh kasih, masih dengan kekuatiran yang sekarang berusaha disembunyikannya. Sementara aku anaknya, masih saja terus dalam pelarian menjalani takdirnya. Kalau saja doa-doanya tak menjagaku, aku yakin aku tak akan sejauh ini. Maafkan anakmu ibu, "malam ini masih harus kupenuhi hak-hak orang yang kutemui dalam perjalananku," kataku ketika pamit. 

      

Minggu, 30 September 2012

#akhir september

Sabtu, 25 Agustus 2012

#catatan menjelang september

Ini kampung sejak bertahun-tahun dulu sudah pandai ber-politik, meski kadang terkhianati. Diberi nama sama dengan pasukan penjajah yang telah lama hengkang. Berkilo-kilo dari tempat aku sedang mengetik masih ada sisa-sisa kuburan beberapa dari mereka, tak terurus serius. 

Tahun depan bakalan digelar lagi hajatan besar, duit yang dikeluarkan tak sedikit. Bahkan beberapa bulan sebelum itu pesta, sebagian orang-orang kampung sudah mulai kecipratan. Kali ini aku duduk manis mendengar ceramah, siraman realitas. "Politik itu pasti butuh duit makanya pilih kantong yang tebal." Aku masih mendengarkan sementara beberapa teguk kopi hitam lolos melewati tenggorakanku. 

Demikian surat singkat ini tentang kampung tempat aku sedang memandangi layar-layar tak berperahu. Aku tak sabar ingin menemuimu.

NB:
Aku telah menantang optimisme mereka ketika kukatakan tentang seorang tuan berkantong tebal yang rakusnya menenggelamkan orang-orang. Aku tahu mereka goyah, ber-politik itu juga soal harapan yang terus diimajinasikan. 

Minggu, 29 Juli 2012

#refleksi juli 2012


Februari di klenteng Naga Kecil, Makassar.


Pertahanan terbaik adalah ketiadaan musuh dan kawan yang banyak

Saya kembali untuk belajar menenangkan dan mengosongkan pikiran dari segala prasangka. Belajar untuk memenuhi hati dengan permaafan. Belajar untuk menahan lidah dari kata-kata yang sia-sia. Hari ini aku memulai kembali. Aku ingin terlahir kembali. Sebelum semuanya terlambat. Sebelum waktu habis, sebelum ruang menyempit. Sebelum gerak terhenti. Sebelum gelap menutupi terang. Sebelum napas tak lagi keluar dari rongga dada.

24 juni 2010 pukul 2:16 AM  

Jumat, 01 Juni 2012

Flying


sore 24 mei 2011
Kali terakhir kita berjingkrak engkau berkata,"imaji tak selalu berujung harapan kadang kita juga gila karenanya."  

 
Free Website templatesFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates