Di kampung halaman, tak cukup 20 meter dari rumah ibu,
sungai batu mengalir. Hampir setiap pulang kusiapkan waktu khusus bersama
mereka. Mencebur atau mendengar nyanyian dari riak dan riam telah menjadi
ritual.
Di sini, tak cukup 20 meter dari beranda di lantai dua,
jalan raya mengalir, berserah diri pada orang-orang, klakson, deru mesin dan
knalpot yang saling memburu. Ini sungai kehidupan di kota tempat aku memanusia,
rutinisasi saban hari, tak mati di tangan siang juga malam. Aku juga kadang
mencebur, atau duduk di sisinya sekedar mendengar mereka bernyanyi.
0 komentar:
Posting Komentar