![]() |
20 mei 2012 |
Sudah dua hari kami selalu bertemu di pukul yang sama seperti kemarin. Kami tak cukup lama bertatap muka, juga tak cukup berbanyak kata, kecuali lewat dua mangkuk es poteng* yang ku pesan kemarin dan sekarang. Besok ia mungkin sedikit kecewa, hari ini adalah pertemuan kami mungkin untuk terakhir kalinya. Aku menyimpan ingatan tentangnya lewat gambar kaki, roda sepeda dan lonceng kecil yang dibunyikannya bermeter-meter sebelum ia memarkir tunggangannya di luar teras tempat aku dan siang berbisu-bisu dalam gerah yang mengeringkan tenggorokan.
*poteng dalam bahasa Makassar merujuk pada ubi kayu yang telah mengalami fermentasi. Hasil fermentasi ini menjadi bahan dasar untuk es poteng yang dibuat dengan mencampurnya bersama susu, manisan dan parutan es batu. Hingga sekarang penganan ini masih dijumpai di kota Makassar, dijajakan berkeliling oleh para pria dengan menggunakan sepeda.
0 komentar:
Posting Komentar