Rabu, 13 Juli 2011

Ketika Pagar Tetangga Berbunyi

Setiap subuh sejak berminggu-minggu berpindah tempat tinggal, ia selalu mendengar pagar tetangga di depan rumah yang sedang dibuka. Ia tak pernah menengok, sejenak pun tidak, meski keingintahuan berusaha menggerakkan hasratnya dan selalu saja tubuhnya yang malas mengangkat bebannya sendiri memenangkan perang tak terlihat ini. Tapi subuh ini akhir perang berubah, tak seperti biasanya, ia melangkahkan kaki mengikuti hasratnya menuju jendela dan memandang dari terali-terali besi, kemudian, hanya dalam beberapa detik ia kembali ke tempat tidur menghempaskan tubuhnya, si juara bertahan dalam beberapa minggu kemarin kali ini harus takluk. 

Bukannya tak memahami apa yang dilakukan dengan orang yang membuka pagar besi itu, ia hanya ingin mengetahui lebih jauh, apakah orang tersebut perempuan atau laki, tua atau muda dan bagaimana rupanya, mesti yang terakhir ini tak dapat dilihatnya, lampu jalan yang temaram tak cukup kuat mengatasi keterbatasan matanya. 

Dipembaringan ia berbicara dengan bibir tak digerakkan, sementara jalan masih sepi dikejauhan ia mendengar roda kehidupan telah berputar dari mesin-mesin bermotor, sekali-kali suara motor beroda dua melintas kemudian menghilang. Jam weker kota ini telah berdering, sebagian orang-orang mulai bangkit, sebagian akan berburu mimpi yang didapatinya saat tidur tadi, sebagian berburu mimpi yang tak pernah absen setiap mereka menutup mata, sebagian bangkit mengulang hari-hari yang sama, terjepit oleh keadaan yang selalu mereka kutuk, sebagian lagi tak bangkit-bangkit, entah malas, entah terlalu menikmati mimpi atau lelah karena mimpi tak pernah berubah jadi kenyataan atau masih menunggu mimpi yang telah lama tak mendatangi malam-malam mereka. 

Lalu monolog dikepalanya berhenti saat pagar tetangga di depan rumah berbunyi lagi. Lelaki tua, bersarung motif kotak-kotak, berpeci dan berbaju putih telah pulang. Ia berusaha memikir apa isi di kepala lelaki itu, apakah ia masih punya mimpi, ataukah mimpi-mimpi telah takluk kepadanya, ia sungguh tak bisa mengetahuinya, terlalu banyak kemungkinan. Ia hanya bisa mereka-reka, kecuali bahwa setiap subuh, saat tak ada seorang pun yang berkeliaran selainnya, ketika pagar mulai berbunyi, lelaki itu akan memenuhi panggilan dari pengeras-pengeras suara.       

0 komentar:

 
Free Website templatesFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates