Alang, bukan nama yang merujuk pada seseorang, ia adalah bahasa yang digunakan masyarakat Tana Toraja untuk menunjuk bangunan tempat menyimpan padi hasil panen. Berbeda dengan tongkonan ukurannya lebih kecil. Meski agak mirip, tiang yang digunakan pada alang berbentuk silinder dengan permukaan yang licin. Hal ini untuk mencegah tikus memangsa padi didalamnya. Di bagian bawah terdapat teras yang digunakan untuk beristirahat atau berbincang dengan anggota keluarga atau tetangga. Disamping untuk menyimpan padi, alang juga digunakan untuk menyimpan peralatan pertanian seperti cangkul dan parang. Jadi fungsinya seperti lumbung sekaligus gudang.
![]() |
Foto Alang, Makale akhir desmber 2011 |
Alang seringkali didirikan di samping atau depan rumah, jumlahnya juga menunjukkan luas sawah yang dimiliki sang pemilik. Di masa lalu, alang memiliki peran penting untuk menyimpan hingga menunggu panen berikutnya. Selain untuk konsumsi keluarga, padi didalamnya juga digunakan untuk membantu tetangga yang kekurangan beras.
Suatu ketika dibeberapa tempat di daerah Tana Toraja dilanda badai, banyak alang yang rusak terbawa angin. Kata seorang kawan, bahan untuk membuat alang dipilih dari kayu-kayu ringan, apa yang membuat ia kuat adalah padi-padi didalamnya. Masih kata kawan saya, di hari ini banyak alang tak lagi digunakan untuk menyimpan padi, dibangun sekedar menjadi penghias mata atau tontonan buat para pelancong.
Demikianlah nasib alang hari ini, menjadi simbol dengan makna yang tak lagi stabil, menjadi tanda bahwa kemapanan sedang digoyah, bahwa sebagian masyarakat Tana Toraja sedang bergeliat, tengah berstrategi dengan masyarakat di luar mereka, khususnya para pelintas di tanah yang terlanjur dibentuk menjadi surga para pelancong lewat imaji media dan brosur wisata.
0 komentar:
Posting Komentar