Aku ingin meminta maaf padamu. Maaf seorang kakak terhadap adiknya. Seharusnya tak kukisahkan kisahku padamu. Engkau mungkin masih terlalu muda, saat itu amarahmu tak dapat kau tahan. Tak ada yang salah dengan itu, ini hanya soal perspektif. Kebenaran tak selalu berwajah tunggal, tapi kebenaran tidak berarti kekaburan batas antara benar dan salah.
Adikku aku tak bermaksud menyalahkanmu. Kuakui engkau terlalu menyayangi kakakmu ini, Aku tahu sedihku adalah sedihmu. Aku selalu yakin betapa cinta engkau padaku. Di banyak malam, kita selalu berbincang tentang cinta, kita meyakini cinta dan benci selalu beriringan. Kebencian juga menjadi salah satu wajah dari cinta. Dan saat itu, kebencian yang kau tumpahkan lewat amarahmu adalah cinta.
Kukatakan padamu kali ini aku selalu mengagumi para pecinta. Mereka berjuang dan mengorbankan segalanya demi yang diyakininya. Cinta juga terlalu sering diumbar, di televisi, koran, majalah, hingga lagu-lagu yang hampir kita dengar setiap saat bahkan dalam ruang-ruang keseharian kita. Kali ini kutanyakan padamu, seperti itukah cinta yang kita maksud? dan pantaskah sesuatu untuk kau benci? lalu pantaskah apa yang kau cintai untuk diperjuangkan? Engkau masih muda, engkau masih punya banyak waktu untuk belajar. Kakakmu ini akan selalu setia menanti jawabmu.
0 komentar:
Posting Komentar