
Di hari biasa aturannya kadang diperjualbelikan di simpang-simpang jalan dalam gardu-gardu oleh mereka yang malu-malu kucing berseragam hukum. Negeri ini apa lagi yang tak bisa diperjualbelikan? semuanya bisa laku. Tapi juga tak gampang untuk menjadi sukses, impian kebanyakan orang yang capek dengan kenyataan hidup mereka. Mereka yang memiliki modal sekolah saja tidak cukup. Dari sekian ribu lulusan universitas setiap tahunnya, berapa persen yang bisa menerima gaji tetap ditiap bulannya?
Tak banyak yang berubah di tiap pergantian kalender. Perayaannya saja sama, isi berita di koran juga sama dari tahun ke tahun. Paling-paling tentang korban kecelakaan. Inilah horor, kataku pada diri sendiri. Tapi horor yang lebih besar sedang disimpan dalam gelisah akan ketidakpastian. Tahun berikutnya akan seperti apa mereka. Banyak yang memendamnya, mereka takut memunculkannya secara terbuka. Sudah cukup ketakutan itu menjadi milik masing-masing orang dan jalan keluarnya juga urusan pribadi masing-masing.
Beberapa hari sebelumnya, dibawah jembatan penyeberangan. Seorang ibu menjual terompet berwarna-warni duduk menanti pembeli. Tiga anaknya sedang bermain bersama, yang satu lagi masih bayi tertidur pulas diayunan. Tak terganggu sama sekali oleh jalan yang bising oleh knalpot. Tidak jauh dari mereka sedang dibangun hunian raksasa yang harga kontrak perkamarnya dalam setahun mungkin cukup bagi mereka seumur hidup. Tahun baru, tentulah soal menyambung hidup bagi mereka.
Bagi kalangan pebisnis tahun baru berarti buku baru. Bagi lembaga-lembaga keuangan dunia dan pemerintah berarti agenda politik atau kebijakan ekonomi baru. Bagi para kontraktor tentunya proyek baru. Bagiku sendiri tahun baru seperti alarm jam weker yang disetel sama tiap pagi. Tak ada bedanya, toh aku bangun seperti hari biasanya. Bersyukur masih diberi umur panjang untuk melihat mentari atau sekedar ngobrol bersama teman...
1 komentar:
...begh kek sembilu ini tulisan ta'..abis atiku disayat-sayatnya barusan...mangstab k'...mangstab..
Posting Komentar